PPID Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Yogyakarta

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Yogyakarta

Kunjungan Kepala BPSI Serealia ke IP2SIP Banyakan




 Jagung ketan atau jagung pulut memiliki multi-fungsi. Krisis pangan pada masa Perang Dunia II terbantu oleh jagung ketan yang saat itu menjadi tanaman substitusi bersama ubi kayu. Jagung ketan berbeda dengan jenis jagung lainnya dalam hal proporsi patinya. Biji jagung ketan lebih dominan mengandung amilopektin, sejenis polisakarida pembentuk pati yang memberi sifat viskositas tinggi, mudah dicerna, mempunyai transmisi cahaya yang baik, dan retrogrades rendah.
Jagung Pulut URI 1 telah dirilis sejak tahun 2013. Varietas jagung ketan tersebut lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri marning. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan dalam berbagai bentuk pangan olahan, jagung ketan juga berpeluang diekspor dalam bentuk jagung panen muda (60-70 hst), seperti halnya jagung manis (sweet corn). 
Jagung varietas Jakarin yang dilepas tahun 2019 oleh Kementerian Pertanian RI cocok dibudidayakan pada lahan marjinal atau tingkat kesuburannya rendah dengan ketersediaan air rendah. Potensi hasil yang tinggi mencapai 9,8 ton/ha dan memiliki umur tanam 100 hst, Jagung varietas Jakarin memiliki beberapa keunggulan lain, seperti: (1) toleran pada kondisi cekaman kekeringan pada fase menjelang berbunga sampai panen; (2) toleran terhadap pemupukan N dengan takaran rendah; (3) agak tahan terhadap bulai (Peronosclerospora philippinnensis) dan bulai jenis pathogen Peronosclerospor amaydis; dan (4) agak tahan hawar daun (Helminthosporiumturcicum) dan karat daun (Puccinia polysora). 

Varietas jagung JH 37 telah dirilis Kementan RI pada tahun 2017. Potensi hasil jagung JH 37 mencapai 12,5 ton/ha dengan rata-rata produksi mencapai lebih dari 10 ton/ha. Jagung varietas JH 37 termasuk jagung yang berumur sedang, karena umurnya 99 hari setelah tanam sudah bisa dipanen. Keunggulan lainnya adalah tidak perlu banyak menggunakan pupuk, tahan terhadap karat daun dan hawar daun, serta toleran terhadap kekeringan. 

Lebih lanjut Kepala BPSI Serealia Maros menyampaikan benih merupakan komponen utama yang secara nyata berkontribusi dominan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Dalam pemilihan varietas harus menggunakan benih yang bersertifikat dengan memperhatikan potensi hasilnya, kesesuaian dengan kondisi lingkungan, umur tanaman, ketahanan hama atau penyakit, daun tetap hijau pada saat masak fisiologis, warna biji dan disenangi baik petani maupun pedagang. Peluang pasar benih jagung cukup tinggi, khususnya di wilayah Sulawesi sebagai sentra produksi jagung. Kepala BSIP Yogyakarta menyambut baik peluang uji coba dan kerjasama penyebarluasan benih jagung unggul untuk produksi pangan dan pakan. Harapannya, penggunaan benih unggul bersertifikat secara luas dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pendapatan petani.