Panen Jagung URI 1 di IP2SIP Banyakan Bantul
Yogyakarta, 16 Mei 2024.
Jagung pulut atau jagung ketan (Zea mays ceratina L.) yang dikenal pula dengan sebutan waxy corn merupakan jagung yang memiliki cita rasa pulen dan sedikit manis serta warna yang cenderung putih. Rasa pulen pada jagung pulut disebabkan oleh kandungan amilopektin yang sangat tinggi hingga berkisar antara 90% - 99%. Dengan cita rasa yang dimiliki jagung pulut tersebut maka tak heran banyak masyarakat yang mulai menggemari jenis jagung pulut untuk dijadikan sebagai bahan konsumsi. Namun dari beberapa keunggulan yang dimiliki, tentunya jagung pulut juga memiliki kelemahan yaitu dari segi produktivitas yang masih tergolong rendah. Jagung pulut lokal hanya mampu berproduksi sebesar 2,5-3,0 ton/Ha. Oleh sebab itu perlu diadakan perbaikan budidaya mengenai varietas dan pola tanam sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi dari jagung pulut tersebut.
Jagung Pulut URI 1 ditetapkan sebagai varietas unggul berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No 4546/Kpts/SR.120/7/2013. Jagung Pulut URI 1 memiliki cita rasa yang enak, pulen, gurih dan lembut. Selain itu jagung pulut memiliki kandungan rendah gula sehingga sangat cocok bagi penderita diabetes. Varietas Pulut URI dapat dipanen umur 65 - 75 hst. Potensi hasil dari varietas ini mencapai 9.4 ton per hektar. Varietas ini agak tahan terhadap penyakit bulai dan direkomendasikan untuk ditanam di lahan kering bercurah hujan sedang.
Perbenihan jagung pulut URI 1 dilakukan di lahan IP2SIP Banyakan, Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Penanaman benih jagung pulut dilakukan pada tanggal 20 Februari 2024 dan panen pada 16 Mei 2024 (85 hst). Olah lahan dan plotting lahan dilakukan pada medio Februari 2024. Lahan seluas 1 ha ditanami benih jagung kelas FS (Foundation Seed) sebanyak 15 kg. Pemberian pupuk anorganik diberikan sesuai rekomendasi pemberian pupuk anorganik di lahan per Kecamatan dalam aplikasi Kalender Tanam (KATAM). Untuk wilayah Piyungan rekomendasi yang diberikan adalah 275 kg/ha Urea dan 350 kg/ha NPK. Pengaturan jarak tanam 70 x 20 cm. Pengairan dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap fase kritis pertumbuhan tanaman, sekitar 60% masih berasal dari air hujan. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang ditemui adalah Fall Armyworm (FAW) atau ulat grayak (Spodoptera frugiperda J.E. Smith). Penanggulangan dilakukan secara mekanis (manual) dan penyemprotan insektisida yang terbukti efektif untuk pengendalian OPT tersebut. Pemeriksaan tiap fase produksi benih dilaksanakan bekerjasama dengan Pengawas Mutu Benih UPTD BP3MBTPH Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi DIY. Panen dilakukan serempak untuk selanjutnya diproses sebagai benih bersertifikat dengan target benih berlabel sebanyak 2 ton yang rencananya akan tersedia dan didiseminasikan secara masif ke pengguna pada bulan Juli 2024.